Jakarta (ANTARA News) - Umat Islam diminta memperbanyak ibadah sosial yang memberi efek positif bagi masyararakat sekitar daripada ibadah individual yang menghabiskan harta yang tidak sedikit.

"Kita prihatin karena saat ini umat Islam lebih senang beramai-ramai berulang-ulang pergi haji sementara tetangga kita kelaparan," kata anggota Dewan Pakar Masjid Agung Sunda Kelapa, Ali Mustafa Yaqub dalam khutbah Idul Adha 1432 H di Jakarta.

Pakar Ilmu Hadits alumnus Fakultas Pasca Sarjana Universitas King Saud Riyadh Saudi Arabia itu mengatakan, kecenderungan umat Islam saat ini lebih senang terus-menerus beribadah umrah Ramadhan dan non Ramadhan, sementara banyak anak yatim yang telantar.

"Kita lebih senang melakukan ibadah-ibadah individual yang menghabiskan harta yang tidak sedikit, sementara di sekitar kita banyak yang memerlukan pertolongan," tegas Ali Mustafa Yaqub.

Ali menjelaskan, dalam agama Islam ada dua macam ibadah yaitu ibadah yang manfaatnya hanya akan kembali kepada pelakunya saja (qasirah) dan ibadah yang manfaatnya tidak hanya kembali kepada pelakunya tetapi juga kepada orang lain (muta`addiyah).

Termasuk dalam ibadah jenis/macam kedua antara lain infaq (zakat dan shadaqah), wakaf (shadaqah jariyah), menyantuni anak yatim dan orang-orang miskin, memberikan makanan kepada orang lapar, mengobati orang sakit, memberi bantuan kepada orang yang terkena bencana dalam dan lainnya. Ibadah ini disebut juga sebagai ibadah sosial.

Menurut Ali, Al Quran banyak menyebutkan perintah ibadah individual yang diiringi dengan ibadah sosial seperti shalat dan zakat, perintah puasa dan memberikan makanan kepada fakir miskin.

"Ibadah individual tidak selamanya berdiri sendiri dan terpisah dari ibadah sosial karena adakalanya ibadah memiliki dimensi individual tetapi sekaligus memiliki dimensi sosial seperti ibadah Qurban," katanya.



Nabi utamakan sosial

Ia juga menyebutkan, ketika Nabi Muhammad SAW dihadapkan kepada dua pilihan antara ibadah individual dan ibadah sosial dan keduanya merupakan ibadah tidak wajib, maka Nabi Muhammad akan memilih ibadah sosial.

"Beliau berkesempatan untuk beribadah haji sampai tiga kali, tapi beliau hanya melaksanakan sekali saja. Ini beda dengan umat Islam Indonesia, khususnya yang mampu, yang ingin beribadah haji setiap tahun," katanya.

Nabi Muhammad juga berkesempatan untuk menunaikan ibadah umrah hingga ratusan bahkan ribuan, tetapi beliau hanya melaksanakn dua kali saja. Ini terbalik dengan kondisi di Indonesia di mana umat Islam bangga ketika dapat menunaikan ibadah umrah setiap bulan.

"Beliau hanya satu berhaji bukan karena tidak punya uang, melainkan karena beliau selalu menginfaqkan uangnya untuk orang-orang yang tidak mampu," kata Ali.

Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan ibadah sosial memiliki keunggulan seperti pahala dalam ibadah sosial lebih tinggi nilainya dibanding ibadah individual.

"Menyantuni orang miskin atau janda-janda miskin pahalanya sama dengan berjihad `fi sabilillah, sementara beribadah umrah hanya menutup (menghapus) dosa-dosa kecil," kata Ali mencontohkan.

Keunggulan ibadah sosial, lanjutnya, manfaatnya akan dirasakan oleh orang banyak sehingga pahalanya juga banyak sementara ibadah individual dirasakan pelakunya saja.

"Pahala ibadah sosial secara umum akan berlanjut bagi pelakunya (meskipun sudah meninggal) selama perbuatan yang dia lakukan tetap digunakan sepanjang masa seperti orang yang membangun masjid, pesantren, rumah yatim, jembatan, menggali sumur dan lainnya. Sementara pahala ibadah individual akan berakhir dengan berakhirnya perbuatan ibadah itu sendiri," kata Ali.